Resume Jurnal

Penggunaan IVIAT (in vivo- Induced Antigen Technology) dalam Identifikasi Streptococcus Suis Serotype 2 in vivo Induced Antigen Bakteri

Streptococcus suis adalah jenis bakteri gram positif, bakteri ini bersifat anaerob fakultatif dan berbentuk coccus. Selain itu, Streptococcus suis juga termasuk dalam kelompok serotipe 2 sehingga disebut Streptococcus suis serotype 2 (SS2). SS2 adalah agen penyebab dari banyak syndrom penyakit, seperti meningitis, septicemia, rematik dan radang paru – paru pada manusia, babi dan binatang lainnya. SS2 dikenal juga sebagai agen zoonosis penting yang menyebarkan pathogennya kepada manusia melalui kontrak langsung dengan babi yang terinfeksi atau dari produk babi yang terinfeksi. Wabah infeksi ini telah menyebar dalam skala besar. Pada tahun 2005 di Sichuan, Cina, terjadi 215 kasus infeksi SS2 yang telah merenggut 38 nyawa dan kerugian ekonomi secara besar – besaran. Berdasarkan hal ini, pemahaman mengenai pathogenitas dan imunologi SS2 tersebut menjadi sangat penting. Dan IVIAT adalah salah satu teknologi modern yang dapat mengidentifikasi protein bakteri imunogenik yang diinduksi selama infeksi SS2.

Studi ini menggunakan banyak metode, diantaranya penggunaan berbagai macam galur bakteri dan plasmid (Tabel 1, hal 5), manipulasi DNA dan konstruksi strain, penggunaan secara tidak langsung dari enzim linked immunosorbent assay (ELISA), penggunaan sera babi fase convalescent dan sera kontrol, pembentukan ekspresi genomik SS2 strain ZY0 5719, skrining identifikasi antigen dengan menggunakan IVIAT, analisis Bioinformatika, analisis Real time dan analisis koloni PCR.

Mula – mula, sera babi fase convalescent dikumpulkan dari babi yang terinfeksi secara alami oleh bakteri SS2. Lalu dilakukan suatu skrining primer terhadap sera tersebut, selama skrining primer ini, dipilih 300 klon immunoreaktif dan diseleksi lagi hingga menjadi 60 klon, 60 klon tersebut teridentifikasi sebagai antibodi adsorbsi fase convalescent. Lalu klon DNA dari 60 klon tersebut diidentifikasi dengan analisis PCR dan Sequencing. Hasil dari Sequencing ini menunjukan bahwa 60 klon tersebut dapat mengkode 48 protein yang berbeda. Data mengenai 48 protein ini dapat dilihat pada tabel 2.( hal 6 ). Dengan menggunkan IVIAT, 48 protein – protein in vivo induced ini (INP) dikelompokan menjadi 8 kategori protein, yaitu sel envelope, regulasi, sintesis molekul, substansi, metabolisme energi, transportasi, translasi dan lain – lain. Dari kedelapan kategori ini, Hongiwei Gu dkk menemukan adanya 3 protein yang berperan dalam virulensi Streptococcus suis serotype 2 (SS2), ketiga protein itu yaitu:Protein YSIRK1 (protein yang berpotensi dalam virulensi SS2, dan bersifat sangat kekal, nbamun protein ini menjanjikan untuk dijadikan protein vaksin), Autolysin (protein yang berkontribusi pasda phatogenitas bakteri Gram positif), dan protein TRAG ( protein yang menjadi komponen sistem sekresi IV / T4SS, terkait denagn jalur virulensi SS2 ). Informasi dari ketiga jenis protein ini tidak cukup untuk dijadikan kesimpulan sebagai protein faktor virulensi SS2. Oleh karena itu, Hongiwei Gu dkk melakukan analisis ekspresi gen dengan menggunakan Real Time PCR. Dari 48 protein INP, yang terdapat pada tabel 2, dipilih menjadi 10 gen (SS – 1616, TRAG, nlpa, srt, cwh, hprk, ysirk, SS- 1955, sdh, SS - 1298) untuk dianalisis lebih lanjut. Analisis ekspresi gen in vivo induced (INP) ini dilakukan dibawah kondisi yang berbeda – beda, yaitu dalam pengamatan 12 jam, 24 jam, dan 36 jam. Hasil dari Real Time PCR ini menunjukan bahwa ekspresi 6 gen dari 10 gen mengalami peningkatan susunan gen (data ini bisa dilihat pada gambar 3 hal 8). Enam gen tersebut diantaranya SS-1616, TRAG, hprk, sdh, nlpa, dan ss – 1298. Peningkatan susunan tersebut menunjukan bahwa gen – gen tersebut dapat memainkan peranan penting selama infeksi SS2 (baik pada fase log, fase lag, fase stationer, maupun fase kematian). Sedangkan ekspresi pada keempat gen lainnya tidak menunjukan peningkatan yang berarti.

Secara keseluruhan, dengan diketahuinya gen – gen faktor virulensi SS2 ini, memungkinkan untuk dilakukan suatu tindak lanjut pembuatan vaksin, terapi atau aplikasi diagnostik untuk penyakit yang diakibatkan oleh bakteri SS2. Dengan demikian, dalam waktu kedepan sindrom penyakit virulensi SS2 ini dapat ditanggulangi dan tidak mewabah lagi di dunia



Sumber jurnal: http://www.biomedcentral.com/1471-2180/9/201

0 Comments:

Post a Comment